Jalan-jalan Ala Inem Jogja
Menghantarkan karya seninya langsung ke masyarakat
Jika anda sedang jalan-jalan di kawasan Malioboro, Jogjakarta, mungkin anda dapat berjumpa dengan seseorang berpakaian Jawa ala rakyat kecil, tas motif polkadot dengan tulisan Inem Jalan-jalan, kipas anyaman dan wajah dirias ala riasan Punakawan. Jangan coba-coba buang sampah di depannya, kalau gak mau disemprot dengan gayanya yang khas dan gak bikin marah. Bagi Inem Jogja, begitu julukan sosok tersebut, menjaga kebersihan sama dengan menebar kebaikan karena lingkungan yang bersih membuat nyaman dan juga sehat, oleh sebab itu Inem berkeliling Malioboro untuk mengajak masyarakat dan pendatang agar membuang sampah pada tempatnya. Sederhana tapi maknanya besar dan mendorong masyarakat untuk lebih disiplin menjaga kebersihan lingkungannya.

Inem menjadikan jalanan sebagai panggung seninya, dimana ia dapat membawa karya seninya itu langsung ke masyarakat agar dapat dirasakan langsung oleh masyarakat bawah. Menyapa, berbaur dan bercanda dengan masyarakat, membuat mereka tersenyum dan tertawa bagi Inem seperti vitamin yang menguatkan bathinnya. Melalui kegiatannya “jalan-jalan” Inem, yang nama sebenarnya Made Dyah Agustina mencoba untuk menghubungkan jiwa seni yang dimilikinya dengan lingkungannya, bukan hanya hubungan antar manusia, tetapi juga dengan alam. Dengan demikian ia mengembalikan nilai-nilai seninya kepada masyarakat sebagai bagian dari suatu tatanan kehidupan, dimana kita dapat saling memperhatikan, membantu dan menghibur tanpa sekat-sekat ciptaan manusia.
Siapa Made Dyah Agustina, sosok dibalik Inem Jogja ini? Dengan latar belakang dari keluarga yang tidak mampu, ayahnya seorang pedagang balon di Alun-alun Selatan, Made Dyah berjuang untuk dapat bersekolah dengan uang yang diperoleh dari menari. Sebagai orang Bali, bisa menari merupakan bagian dari kehidupan agar dapat mengikuti ritual keagamaan. Dengan bekal ini Made Dyah dapat menyelesaikan sekolah sampai sarjana dari Jurusan Pendidikan Tari Universitas Negeri Jogjakarta, kemudian dilanjutkan sampai jenjang Magister Jurusan Manajemen Pertunjukan dari Institut Seni Indonesia di Jogja. Dengan bekal ijazah S2, Made Dyah mengajar di Universitas Terbuka dan Universitas Sanata Dharma, namun pekerjaan sebagai dosen dirasa melelahkan dan menyita waktu bersama keluarga, sehingga istri dari anggota Polri yang bertugas di wilayah Bantul ini memilih untuk resign dari pekerjaan sebagai dosen, kemudian menjadi pelayan masyarakat dengan nama Inem Jogja.
Januari 2018 muncullah sosok Inem yang awalnya hanya merupakan karya di panggung, menjadi sosok nyata yang jalan-jalan sambil mengajak orang-orang berbuat baik. Menggunakan dandanan “edan-edanan” dengan seragam khasnya, Inem Jogja jalan-jalan bersama teman-temannya dari Pelayan Kebaikan dan menebar kebaikan.
Ada juga sih yang menganggap Inem seperti orang gila, namun dengan ringan Made Dyah menjawab, “Yo ben aku edan, yang penting edanku bermanfaat.”
“Kebaikan harus lebih berisik daripada keburukan” maka terkadang edan itu perlu untuk menarik perhatianmu terhadap keadaan di sekitarmu, terhadap mereka yang membutuhkan uluran tanganmu. Auwooo…
Pingkan MD-28/11/21
Sumber:
IG @inemjogja
Buletin TNI AD, Demi Mbah Ribet, Bu Hetty “Kolab” Bareng Inem Jogja, https://youtu.be/wyr6dP2AjaU
Pebriansyah Ariefana,05/02/2019,Inem Jogja Menebar Senyum di Jalan, Bersihkan Kesedihan, www.suara.com
Foto-foto dari IG:@inemjogja dengan persetujuan pemilik akun